Rabu, 18 November 2009

Alif Kecil

Ketika malam datang, Alif kecil hanya dapat berteduh di pinggir-pinggir toko-toko, hanya beralaskan koran, tempat ia berbaring, ketika hujan, hanya kardus-kardus yang dapat menghangatkan tubuhnya, tak ada selimut untuk menghangatkannya, begitu malang nasibnya, tak ada yang memperhatikannya, orangtuanya pun tak peduli, untuk makan saja, tiga kali sehari untuknya, mungkin sudah sangat mewah, Alif kecil, keadaan ekonomilah yang membuatnya seperti ini, setiap hari ia mencari nafkah dengan bernyanyi di pinggir-pinggir jalan, tanpa alas kaki, dengan sorotan matahari yang terik menerpanya, keluarlah nyanyian-nyayian yang menggambarkan kehidupannya, dengan gitar mungil yang selalu ia bawa ke mana pun ia mencari nafkah, dan sekantong tempat permen kosong untuk orang-orang yang mau memberikan sedekahnya kepada Alif kecil, Alif kecil, begitu semangat dirimu untuk berjuang mempertahankan roda kehidupan, tak pernah lelah dirimu untuk mencari sesuap nasi, tak pernah keluar dari mulutmu keluhan-keluhanmu, Alif kecil, sungguh berat sekali bebanmu, di usiamu yang masih anak-anak.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar :D